|
Bahaya Mie Instan |
Bahaya Mie Instan - Sungguh saya merasa ngeri sendiri saat membaca salah satu postingan terekomendasi
Bang Mimin tanggal 24 Juni 2012 di Kompasiana. Diceritakan seorang perantauan India bernama
Arsheef yang hidup sebegitu hematnya hingga rela sebulan penuh menjejali
tubuh dengan produk mie instan. Sedikit kontroversial memang.
Bagamaimana bisa, hidup hemat dengan mie instan sebagai solusi ternyata
malah disarankan penulisnya untuk ditiru, diteladani. Hemat bukan
berarti memangkas habis pengeluaran untuk asupan makan, apalagi
mengabaikan nutrisi dan gizi pada menu keseharian kita.
Menabung
banyak dollar untuk masa depan memang sangat diperlukan, tapi bukan
berarti menomorduakan investasi kesehatan. Niatannya menabung banyak
duit, yang terjadi malah menabung banyak penyakit. Padahal kita tahu
nilai kesehatan jauh lebih berharga dari sekedar harta. Hanya saja,
masyarakat kebanyakan masih awam akan pentingnya investasi kesehatan.
Sehingga mereka sering salah kaprah hingga rela bertahan hidup dengan
sekardus mie instan setiap bulannya. Kasus seperti ini
sudah menjadi hal yang sangat lumrah pada anak kost di negeri kita. Dan
ternyata terjadi juga dibelahan bumi Singapura?
Well, saya juga seorang perantauan, dimana hampir satu dasawarsa hidup jauh
dari keluarga. Sehingga dulu juga pernah merasakan susahnya menjadi anak
kost yang bertahan hidup dengan uang kiriman orang tua. Untungnya
hingga kini saya tidak pernah mencandu mie instan, bahkan sejak saat SMA
dimana sudah tinggal terpisah jauh dari keluarga. Bunda selalu
mengajarkan hidup sehat dengan banyak makan sayur dan buah, sebisa
mungkin menghindari mie instan. Dan kalaupun harus mengkonsumsi mie, saya selalu memasaknya dengan sayuran semisal, kol, bayam, wortel, irisan
seledri dan bawang. Sesekali menambahkan telur ataupun keratan sosis.
Yang lebih ekstrim malah terkadang sebelum diolah, mie instan rebusan
pertama selalu ku buang dan kucuci bersih lalu ku masak lagi.
Cara Membuat (Menyajikan) Mie Instan yang Benar
Kenapa
air rebusan pertama dibuang dan mie harus dicuci dahulu? Ini terkait
dengan kandungan zat lilin dalam mie instan. Dalam artikel yang pernah kubaca
dijelaskan bahwa beberapa ahli menyebutkan mengkomsumsi mie instan
secara berlebihan cukup berbahaya karena adanya zat lilin pada mie. Zat
lilin digunakan untuk menjaga tekstur mie agar keras pada saat sebelum
dimasak. Walaupun dalam mie instan dan mie-mie lainnya, kadar zat lilin
yang terkandung sudah pasti aman karena Insya Allah sudah diteliti sama BPOM. Bagaimanapun kita harus waspada dan tetap menjadi smart consumer. Sehingga sebagai tindakan preventif, mencuci mie sebelum di olah setidaknya dapat mengurangi kadar lilin didalamnya.
Bahaya Mie Instan bagi Kita
Masih
dari sumber yang sama, disebutkan beberapa bahaya mie instan diantaranya ada zat lilin yang mana zat tersebut baru bisa dicerna
dengan sempurna setelah tiga sampai tujuh hari ngendon diperut kita.
Tergantung dari banyaknya kandungan zat lilin masing-masing merek mie
yang dipasarkan. Nah lho kalau setiap hari kita menjejali perut
dengan mie instan, kebayang kan gimana nasib lambung kita? Oke taruhlah
misal dalam satu pekan, kita mengkonsumsi (3 bungkus mie X 7 hari) 21
bungkus mie instan. Kalau dihitung minimalnya, kita ambil yang bisa
dicerna selama 3 hari, maka zat lilin itu baru bisa dicerna setelah 63
hari atau sama dengan 2 bulan 3 hari. Bayangkan, itu baru untuk satu
minggu! Bagaimana kalau setiap minggunya kita terbiasa makan mie instant?
Dan
masih seputar kandungan mie instan, yang tak kalah membahayakan adalah
MSG berlebih pada bumbu. Bentuk vetsin kristal yang mendominasi bumbu
mie instan ditengarai dapat melukai dinding lambung sehingga perut
merasa sakit dan menyebabkan bakteri helicobacter pylory
tumbuh dengan pesat di luka yang timbul. Kemudian memicu pembesaran
pada luka sehingga kita akan sering merasa perih seperti menderita maag.
Karena itu ketika kita sangat lapar dan memutuskan memilih mie instan sebagai solusi yang terjadi kadang perut terasa perih. Kalau dibiasakan bisa menimbulkan gastritis.
Yang
perlu diperhatikan juga bagaimana cara memasak mie instan yang sesuai
standard. Dalam kemasan bungkus mie instant, semua menganjurkan agar
memasak mie dahulu baru menaburkan bumbu dimangkok ataupun pirin saji.
Tapi seringkali kita membiasakan membumbui mie instan saat mie mendidih
diatas kompor. Dengan alasan bumbu lebih menyatu dan berasa selangkah
lebih lezat. Padahal jika bumbu ber-MSG dimasak diatas suhu 120 derajat
Celsius akan berpotensi menjadi Karsinogen pembawa Kanker yang
mematikan. Kelihatan sepele memang, tapi prosedur ini sudah selayaknya
diketahui banyak orang. Sehingga kita sebagai konsumen tidak dirugikan.
Lebih jauh, MSG alias monosodium glutamat merupakan asam amino esensial yang hanya dibutuhkan dalam kadar yang sangat kecil. Maka jika dikonsumsi dalam jumlah berlebih akan
menyebabkan toksikotoksik yaitu meluruhnya sel-sel seperti sel saraf
dan dapat mendegenerasi sel saraf sehingga kita akan merasa lebih bodoh
dan kesulitan berpikir akibat hancurnya sel-sel saraf
diotak secara perlahan. Hingga tak mengherankan, jika dokter juga sangat
menyarankan Ibu hamil untuk menghindari komsumsi mie instan dan makanan
ber-MSG yang membahayakan pertumbuhan otak janin.
Itu
hanya sedikit yang bisa kuingat dan kutuliskan, dan jika dikuliti lebih
dalam lagi tentang bahaya mie instan sudah pasti akan membuat kita
berpikir dua kali untuk mengkonsumsi produk ini. Karena sebenarnya yang
paling berbahaya dari eksistansi mie instan sendiri adalah kandungan
pengawetnya, baik pada mie, bumbu, saus, maupun minyaknya. Kita sudah
sama-sama tahu bahaya natrium benzoat yang digunakan sebagai
pengawet makanan. Bahan pengawet disinyalir akan merusak ginjal kita
bahkan kita dapat terkena diabetes karena gula darah didalam darah akan
meningkat. Konsumsi pengawet yang berlebihan memicu kerusakan pada hati
sehingga tidak dapat menghasilkan insulin dari sel betanya. Tidak hanya
berhenti disitu, bahan pengawet juga dapat merusak sel-sel saraf kita.
Dan kita akan menjadi bodoh akibat mengkonsumsi mie berlebih. Kalau
sudah begini, masihkah kita bersikukuh menomorsatukan mie instan sebagai
menu diet harian? Hanya karena murah dan sedap disantap lantas kita
mengabaikan harga mahal yang harus dibayar di hari tua, ketika mendapati
kerusakan hati dan otak karena mengkonsumsi mie secara berlebih.
Kenyataannya
kita tidak harus menunggu tua untuk melihat dampak negatif mie yang
dikonsumsi secara berlebih. Banyak kasus seputar mie yang sempat
menghias surat kabar lokal maupun nasional. Seperti kasus Hilal pada
2009 lalu misalnya, sungguh berita itu masih menghantuiku. Di tabloid
Nova yang pernah kubaca, mie instan yang menawarkan kelezatan instan
telah membuat si kecil Hilal sebegitu menggilai mie
instan. Sehingga diusianya yang baru genap 6 tahun, ia dipaksa menelan
pil pahit sebab ususnya bocor dan mengalami pembusukan sehingga harus
dipotong. Bahkan karena sangat parah, dokter mengamputasi usus Hilal
sekitar 10 cm dan ini dilakukan setelah dua kali operasi pemotongan.
Sangat miris dan mengerikan bukan?
Dan cerita yang tak kalah mengerikan juga kudapati diportal berita maya, diceritakan seseorang yang berusia 48 tahunan tapi sudah 4 tahun terakhir ini kemana-mana selalu membawa alat (maaf) pengganti anus. Lagi-lagi
karena usus bawah sampai dengan anus telah dipotong sebab sudah tidak
bisa dipakai lagi. Pasalnya dengan alasan ekonomi, sewaktu
mahasiswa dia terbiasa mengkonsumsi mie instant secara berlebihan.
Bagian usus yang dipotong tersebut adalah tempat mengendapnya bahan
pengawet yang selalu ada di setiap mie instant. Dan menurut penelitian,
banyak mie instan yang beredar menggunakan borax yang biasa digunakan sebagai pengawet untuk mayat. Walhasil menimbulkan pembusukan dan masalah serius pada usus.
Kasus
lain masih dari portal yang sama, adalah seseorang yang terkena kanker
getah bening. Dia berobat selama hampir 1 tahun di Singapore hingga
menghabiskan lebih dari 1 Milyar pada tahun 1996 sampai 1997. Setelah
diselidiki, ternyata dia terbiasa mengkonsumsi Indomie plus korned
selama 4 tahun terus menerus setiap hari. Mirisnya kebiasaan ini
dilakukan karena karena istrinya sibuk kerja. Menurut dokter yang
menangani, penyebab utamanya adalah pengawet yang ada di Indomie dan
korned yang dikonsumsi. Berkaca dari kasus ini, semoga kita lebih
berhati hati dalam mengkonsumsi mie instan. Sehingga tidak lagi
mengidolakannya sebagai makanan utama dalam menu keseharian kita. Apapun
alasannya, mencegah lebih baik daripada mengobati. Dan membiasakan
hidup sehat sejak dini adalah kunci MUTLAK untuk tetap sehat.
Sebagai
pamungkas kata, semoga artikel ini sedikit banyak membawa manfaat bagi
segenap pembaca. Penulis sekedar melempengkan pendapat bahwa yang hemat
tak selamanya membawa nikmat. Sehingga begitu tergelitik untuk
secepatnya menuliskan dampak negatif / bahaya mie instant
untuk di konsumsi secara berlebih dan cara mengurangi bahayanya. Kepada anak kost dan
perantauan, berhemat memang tidak ada salahnya. Yang salah adalah ketika
kita menjadi pelit untuk mengeluarkan biaya lebih demi asupan gizi yang
lebih baik dan menyehatkan. Dus, untuk hari ini dan seterusnya,
mulailah melakukan pola hidup sehat dengan memperbanyak makan buah dan
sayuran, dan sebisa mungkin menghindari makanan yang instant. Dan buat ibu dari anak-anak, luangkanlah waktu untuk memasak sendiri dirumah.
Makanlah mie instan hanya sekedar selingan, bukan sebagai menu harian.
Bagaimanapun, asupan gizi dan nutrisi sehat keluarga adalah bagian dari
tanggung jawab Bunda. Sebagai Bunda hebat, memberikan asupan instan pada
anak dan keluarga tentu bukan pilihan yang bijak.
sumber: Kompasiana Didowardah
Artikel keren lainnya:
2 Tanggapan untuk "Bahaya Mie Instan dan Cara Membuat Mie Instan yang Benar"
Sehat itu dr diri qta sendiri koq, jd bijaklah dgn asupan mknan sehari hari.
ijin copy ya, saya kasih sumber kok
Post a Comment